SURAT MENYURAT
PENDAHULUAN
Latar belakang
Surat menyurat
merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam komunikasi
tertulis. Dalam kegiatan ini terlibat tiga komponen yakni: penulis, isi, dan
pembaca surat. Penulis surat dapat mencapai sasarannya secara efektif bila
bahasa yang dipergunakannya dapat mengungkapkan isi surat sesuai dengan sifat
surat, kedudukan penulis, dan pembaca surat. Bahasa sebagai alat komunikasi
dalam surat memegang peranan penting, disamping bentuk-bentuk nonbahasa.
”Dengan surat orang dapat memberitahukan, menanyakan, menyatakan, meminta,
melaporkan, atau menyampaikan buah pikiran lainnya kepada orang lain” (Arifin,
1980). Surat pada hakikatnya adalah sebuah komposisi atau karangan. Oleh karena
itu, semua ketentuan mengenai komposisi berlaku juga dalam surat. Surat sebagai
salah satu bentuk komposisi khusus tentu terikat oleh kaidah-kaidah khusus
mengenai surat-menyurat, supaya surat itu memenuhi syarat penyusunan surat yang
baik dan benar serta dapat mencapai sasarannya secara tepat-guna dan
berhasil-guna. “Salah satu kegiatan berbahasa di kalangan masyarakat adalah
kegiatan surat-menyurat, yaitu dengan cara menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi secara tertulis guna menyampaikan informasi atau pernyataan. Tim
penulis beranggapan bahwa kegiatan surat-menyurat pun perlu disesuaikan dengan
tingkat perkembangan kebahasaan dewasa ini. Dengan kata lain, perkembangan kosa
kata, tata bahasa, dan laras Orasi Bisnis Edisi ke-2
bahasa perlu
diterapkan ke dalam bahasa surat, khususnya surat-surat bisnis/niaga, surat
resmi dan surat dinas.” (Sudarsa, dkk., 1991). Dalam praktek berkomunikasi
dengan menggunakan surat, ternyata masih banyak instansi, organisasi,
perusahaan (swasta/BUMN) yang bergerak dalam dunia bisnis atau niaga, perdagangan
eksport-import, yang kurang memperhatikan pentingnya penulisan (khususnya dalam
pemakaian huruf-huruf kapital atau huruf kecil, Ejaan Yang Disempurnakan/EYD,
tanda baca, dll) yang benar dalam surat-menyurat. “Berdasarkan kenyataan di
lapangan atau kenyataan riil sehari-hari, kegiatan surat-menyurat hingga saat
ini masih memperlihatkan banyak kelemahan-kelemahan yang berkaitan dengan
masalah bentuk surat dan penggunaan bahasa. Masalah yang sering timbul dalam
penulisan surat saat ini adalah pemakaian huruf dan tanda baca yang menyalahi
kaidah-kaidah penulisan, ejaan, bentuk dan pilihan kata yang kurang cermat,
pemakaian kata, penggunaan ungkapan dan istilah yang tidak baku, pemakaian
kalimat kurang lengkap atau terpenggal-penggal, bentuk perincian yang tidak
bernalar, pemakaian laras bahasa yang kurang tepat, dan penggunaan bentuk surat
yang tidak efektif.” (Sudarsa, dkk., 1991).
Perumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam
tulisan ini adalah bagaimana penulisan bahasa Indonesia yang benar dalam surat-menyurat,
khususnya dalam surat-surat bisnis.
Tujuan dan Manfaat
Karya tulis
(ilmiah) ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan memberikan tuntunan
kepada para pembaca di manapun berada, tentang tata-cara pemakaian Bahasa
Indonesia yang benar dalam pembuatan surat resmi (surat bisnis khususnya),
serta memberikan tuntunan tentang cara-cara pemakaian kaidah-kaidah umum yang
berlaku dalam pembuatan surat-menyurat. Manfaat yang dapat diambil antara lain,
adalah dapat memperlancar semua urusan administrasi (surat-menyurat) di
instansi atau di organisasi yang sedang kita bina, serta dapat meningkatkan
keterampilan (kompetensi profesional) seseorang, seperti: profesi Administrator
Perusahaan (Swasta/BUMN), profesi Sekretaris (Swasta/BUMN), profesi Guru atau
Dosen, profesi Tata Usaha di sekolah-sekolah (mulai dari TK s/d Sekolah
Tinggi). Untuk mengelola surat-menyurat ini, dibutuhkan orang-orang yang punya
skill, kecakapan khusus, lancar mengetik dan handal dalam menyusun kata-kata
dalam lembaran surat-menyurat.
TINJAUAN PUSTAKA
Arti dan Fungsi Surat
Surat adalah
sarana untuk menyampaikan informasi atau pernyataan (secara tertulis/tersurat)
dari pihak kesatu kepada pihak yang lain, dengan bahasa yang santun. Informasi
itu dapat berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, pemikiran,
sanggahan, laporan dan lain sebagainya. “Dewasa ini teknologi komunikasi dan
informasi sudah maju pesat, sehingga lalu-lintas informasi melalui telepon,
telex, telegrap, faximile, radio, televisi, frekuensinya per hari sangat tinggi
sekali. Dapat Anda bayangkan dalam satu hari saja (8 jam kerja/hari) apabila
sebuah perusahaan atau setiap instansi (Swasta/BUMN) mengirimkan 5 surat per
perusahaan, sudah berapa juta surat yang beredar di dunia ini. Sekalipun
demikian, jika dibandingkan pemakaian surat dengan penggunaan alat-alat canggih
seperti e-mail, esemes dan lain-lain di atas, surat tertulis tetap mempunyai
kelebihan tersendiri.
alat-alat
teknologi canggih di atas hanya dapat menyampaikan informasi yang bisa didengar
atau secara pendek (seperti e-mail, esemes), maka surat merupakan sarana yang
dapat merekam informasi secara panjang lebar, terperinci, dan merupakan bukti
“hitam di atas putih”. Lagi pula surat bersifat praktis, karena dapat menyimpan
rahasia dan dapat menghilangkan perasaan; efektif, karena biaya pembuatan dan
pengirimannya relatif murah.” (Bratawijaya, 1990).
Membuat atau
melaksanakan komunikasi melalui surat ternyata tidaklah sesederhana yang
dibayangkan banyak orang. Persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah
menyiapkan alat-alat tulis, harus mempunyai ide, dan punya ketrampilan dalam
hal merumuskan surat secara sistematis dan logis, menyiapkan mesin ketik atau
mesin komputer (berikut printernya), mengetahui tata cara pengiriman surat, kemudian
mengethui tata cara penyimpanan surat/arsip, pemakaian tenaga manusia, dan alat
kelengkapan kantor (meja kursi, dan ruangan), dan lain sebagainya. Surat
dinilai efektif apabila (masalah) yang dikomunikasikan penulis itu dapat sampai
ketujuannya, sejalan dengan kehendak si pengirim surat. Oleh sebab itu, isi
surat harus jelas dan terang, logis dan tidak menimbulkan salah pengertian pada
pihak yang menerima surat. Tanda-tanda bahwa penerima surat itu tidak ragu-ragu
atau tidak memperoleh kesan yang keliru atas isi surat yang dikirimkan ialah
penerima surat segera memberikan jawaban-jawaban sebagaimana yang diinginkan
oleh si pengirim surat. “Banyak orang menganggap surat sebagai utusan atau
“duta” dari organisasi/instansi pengirim surat.” Surat dipandang sebagai citra,
cermin mentalitas, jiwa, serta petunjuk kondisi intern organisasi yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, pengonsep surat dan para penata administrasi /
sekretaris kantor harus hati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menulis surat
agar tidak menimbulkan kesan yang buruk atas organisasinya. Di samping
sifat-sifat yang telah disebutkan di atas, surat sebagai alat komunikasi
mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
·
sebagai tanda bukti tertulis yang autentik,
misalnya surat perjanjian (penyewaan ruko, pembelian mobil, bisnis
eksport/import alat berat, bisnin eksport/import makanan kemasan kaleng, dll);
·
sebagai alat pengingat/berpikir bilamana
diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan;
·
sebagai dokumentasi historis, misalnya surat
dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan (bisnis) di
masa lampau;
·
sebagai jaminan keamanan, umpamanya
surat keterangan jalan (surat jalan);
·
sebagai pedoman atau dasar bertindak, mislanya
surat keputusan, surat perintah, surat panggilan, surat pengangkatan, dan
sebagainya. (Bratawidjaya, 1990).
Jenis Surat
Secara garis
besar, surat dapat dikelompokkan ke dalam 6 golongan, yaitu (ke-1) menurut isi
dan asal pengirimnya (surat resmi atau surat dinas di instansi pemerintah,
surat bisnis/niaga, surat pribadi); (ke-2) menurut maksud dan tujuannya (surat
pemberitahuan, surat keputusan, surat perintah, surat permintaan atau
permohonan, surat peringatan, surat panggilan, surat penawaran, surat
perjanjian, surat pesanan, surat laporan, surat pengantar/jalan, surat lamaran
pekerjaan, surat penegasan, (klaim), dan sebagainya ); (ke-3) menurut wujudnya
(dikenal bentuk-bentuk surat seperti nota atau memo, kartu pos, warkat pos,
surat bersampul, telex, telegram, dsb.); (ke-4) menurut banyaknya sasaran yang
hendak dicapai (dikenal surat edaran, surat pengumuman, surat undangan); (ke-5)
menurut jaminan dan keamanan isinya (surat sangat rahasia, surat rahasia, surat
konfidensial/terbatas, surat biasa); (ke-6) menurut urgensi
penyelesaian/pengirimannya (surat khusus, surat amat segera (kilat), surat
segera, dan surat biasa).
Bentuk Surat
Bentuk surat
ialah tata letak atau posisi bagian-bagian surat. Masing-masing bagian surat
tersebut itu mempunyai posisi tertentu sesuai dengan fungsi dan perannya,
terutama sebagai petunjuk atau identifikasi untuk memproses surat tersebut. Ada
banyak bentuk surat, yang satu dan lainnya berbeda, terutama dalam hal
pemakaiannya, tergantung dengan kebiasaan instansi atau gaya masyarakat/bangsa
tertentu. Pada dasarnya hanya ada dua bentuk surat yang dapat dibedakan secara
tajam, sedangkan bentuk-bentuk lainnya hanya sekedar variasi-variasi yang
merupakan modifikasi atas kedua bentuk utama tersebut. Kedua bentuk utama
tersebut adalah bentuk surat lurus atau bentuk balok (block style) dan bentuk
lekuk (indented style). Sedangkan variannya yang berdiri di antara kedua bentuk
surat di atas, ialah bentuk setengah lurus (semi block style). Bentuk-bentuk
surat tersebut sebenarnya adalah model atau bentuk surat Eropa dan model
Amerika, bentuk lekuk (indented style) adalah model Eropa Lama, bentuk lurus
(block style) adalah model Amerika. Sejalan dengan kemajuan zaman terbit bentuk
surat setengah lurus (semi block style) di kenal dengan model Eropa Baru, dan
saat ini banyak dipakai di dunia perdagangan/niaga (bisnis). Dalam kesempatan
ini kita akan membahas bentuk surat lurus atau bentuk balok (block style) saja.
Syarat dan Ciri Surat yang Baik
Menulis surat
yang baik tidaklah gampang, harus banyak latihan, karena banyak sekali
persayaratan yang harus dipenuhi. Di samping itu harus menerapkan
prinsip-prinsip efektivitas dan efisiensi dalam menuliskan ide-ide yang ingin
disampaikan. Untuk mampu membuat (menyusun) surat yang baik, menarik dan
modern, penulis harus menguasai syarat-syarat dan ciri surat yang baik, sebagai
berikut : (1) Surat ditulis dalam bentuk yang menarik dan tersusun baik sesuai
dengan peraturan menulis surat. Untuk itu, penulis harus memahami berbagai
bentuk surat. Pilih bentuk surat yang akan dipakai, ikuti atau sesuaikan dengan
peraturan yang berlaku di organisasi/instansinya; (2) Surat tidak mengandung
kata-kata atau kalimat yang tidak berguna. Rumusannya tidak boleh bertele-tele
atau berbelit-belit. Kalimat hendaknya sederhana saja, lugas dan mudah dipahami
pembaca. Juga kata-kata yang dipakai harus jelas, tepat, tidak mendua, hemat
dan benar-benar sesuai dengan tatabahasa Indonesia. Hindarilah penggunaan
singkatan yang tidak perlu, kecuali singkatan untuk satuan-satuan ukuran (m
untuk meter, kg untuk berat) dan singkatan yang lazim dipakai (dll, dsb, dst.);
(3) Surat menunjukkan budi bahasa, pertimbangkan baik dan bijaksana sopan dan
simpatik. Usahakan agar tidak menyinggung, merendahkan pembaca surat. Dalam
menulis surat, penulis hendaknya bersikap seolah-olah sedang berbicara dengan
sipenerima surat; (4) Surat hendaknya ditulis tidak terlalu panjang. Surat yang
pendek lebih banyak memberi manfaat, misalnya: praktis, estetis, dan
menghindarkan salah pengertian; (5) Surat harus bersih. Sebaiknya dipergunakan
kertas yang baik, dan warnanya yang sesuai. Ketikkan rapi dan cermat, tidak
boleh ada bekas tip ex., tidak ada huruf yang bertumpuk.
Berikut ini tips atau langkah-langkah penyusunan surat bisnis (sesuai
tujuan kita saat ini) yang perlu diperhatikan adalah:
a. membuat perencanaan dan persiapan yang baik; menetapkan dan
menguasai masalah yang akan diungkapkan ke dalam surat;
b. pokok masalah itu disusun, lalu diuraikan secara sistematis,
kronologi/runtut dan konsisten; menetapkan bahan dan data untuk menyusun surat;
c. mengetahui siapa yang akan dituju;
d. menyadari dan menentukan posisi penulis;
e. menggunakan kelengkapan (fasilitas) yang memadai;
f. penggunaan bentuk surat;
g. jenis kertas; warna kertas; ukuran kertas; amplop surat dan cara
melipat surat; pengetikan surat, serta pengiriman surat;
h. meneliti kembali surat yang sudah dibuat, apakah sudah betul dan
layak dikirimkan? atau belum layak? – lakukan tindakan koreksi segera jika
belum layak – lalu check and recheck sekali lagi, jika sudah betul, segera
diajukan untuk ditandatangani pimpinan atau yang berhak, diberi cap perusahaan/instansi,
materai (jika perlu), tulis alamat yang dituju, lalu dikirim secepatnya.
PEMBAHASAN
Menurut
Bratawidjaya (1984) penulisan surat bisnis yang benar adalah seperti yang akan
dibahas secara detail di bawah ini:
Bagian-bagian Surat Bisnis
Setiap surat
bisnis mempunyai bagian-bagian surat dan masing-masing bagian itu mempunyai
kegunaan tertentu. Penempatan atau letak bagian-bagian surat tergantung pada
bentuk surat yang akan dipakai oleh penulis surat. Dalam karya ilmiah ini
bagian-bagian surat yang akan dibicarakan/dibahas terdiri dari:
Ó
kepala surat,
Ó
tanggal
surat,
Ó
nomor
surat,
Ó
lampiran,
Ó
hal/perihal,
Ó
alamat yang dituju,
Ó
salam
pembuka,
Ó
paragraph pembuka surat,
Ó
paragraph penutup surat,
Ó
salam penutup,
Ó
nama jelas penanda tangan,
Ó
jabatan penanda tangan,
Ó
tembusan, dan
Ó
inisial.
Penulisan Bahasa Indonesia yang
Benar dalam Bagian-bagian Surat Bisnis
Kepala Surat
atau Kop Surat: Dalam Kepala surat atau Kop Surat yang lengkap tercantum
(biasanya sudah tercetak), terdiri dari: Nama instansi/badan, alamat lengkap,
nomor telepon, nomor kotak pos, nomor faximile, dan logo atau lambang
instansi/badan. Misalnya:
DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA
JALAN DAKSINAPATI BARAT IV, RAWAMANGUN, JAKARTA TIMUR 13228
KOTAK POS : 2625
TELEPON : 4896558, 4894584
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahkan jika
instansi/badan tersebut bergerak dalam bidang usaha (BUMN, BUMD), bidang bisnis
(Perbankan, Asuransi, Eskport/import, Moneter, dll) selain data di atas, dalam
kepala surta tercantum: alamat kantor cabang, nama bank, jenis usaha, NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak), dan Logo tanda lulus Standar ISO. Cetaklah nama
instansi atau badan usaha yang bersangkutan dengan huruf kapital, letakkan
semua tulisan itu pada bagian atas kertas, posisinya di tengah-tengah secara
simeteri kiri-kanan. Alamat kantor dituliskan dengan huruf kapital pada awal
kata, tetapi ukurannya lebih kecil daripada huruf-huruf untuk nama
instansi/badan usaha. Unsur-unsur kalimat dipisahkan dengan tanda koma, bukan
dengan tanda penghubung. Kata jalan dituliskan lengkap “Jalan”, jangan
disingkat Jl., atau Jln., Jika, kantor tersebut memiliki nomor telepon,
dituliskan kata Telepon, bukan Tilpon, dan bukan pula Telp. Kemudian, nomor
telepon tidak perlu diberi tanda titik, karena bukan merupakan suatu angka
penjumlahan. (Telepon 4896558, bukan 4.896.558). Tuliskan kata Kotak Pos jika
di kantor tersebut memilikinya, bukan PO Box..
Tanggal Surat:
Tanggal surat bisnis tidak perlu didahului dengan nama kota, karena nama kota
sudah tercantum pada Kop Surat. Selanjutnya, nama bulan, itu jangan disingkat
atau ditulis dengan angka (November disngkat menjadi Nov. Atau ditulis 11,
Februari menjadi Feb. atau dilis 2 atau 02). Tahun juga ditulis lengkap, tidak
boleh disingkat dengan tanda koma di atas. Pada akhir tanggal surat tidak boleh
dibubuhkan tanda baca apapun, baik titik maupun tanda hubung. Misalnya:
KOP SURAT
1 Desember 2014
No. :
........................................
Lamp. :
...................................
Hal :
........................................
Dan seterusnya…
Nomor Surat:
Kata nomor (lengkap) diikuti tanda titik dua (Nomor : ......) atau jika nomor
itu disingkat menjadi No. penulisannya diikuti tanda titik, kemudian diikuti
tanda titik dua (No. : ........) Garis miring yang digunakan dalam nomor dan
kode surat tidak didahului dan diikuti spasi. Kemudian, angka tahun sebaiknya
dituliskan lengkap dan tidak diikuti tanda baca apapun. Contohnya:
Penulisan nomor surat dan kode
surat yang salah.
Nomor: 3241/F8/UI.5/87,--
No: 3241/F8/UI.5/1987,--
Penulisan nomor surat dan kode surat yang benar.
Nomor: 3241/F8/UI.5/1987 (tahun dituliskan lengkap, tanda baca dibuang)
No. : 3241/F8/UI.5/1987 (Kata Nomor disingkat menjadi No. : ....., dan
tanda baca di belakang tahun dibuang)
Lampiran: Kata Lampiran atau Lamp.: ............. diikuti tanda titik
dua. Kemudian, cantumkan jumlah yang dilanpirkan dan nama barang yangdilampirkan,
tidak diikuti tanda baca apapun. Contoh:
Penulisan yang salah
Lampiran : Satu berkas.
Lamp. : satu berkas.
Penulisan yang benar
Lampiran : Satu berkas
Lamp. : Satu berkas
Ketentuan di atas berlaku jika pada surat tersebut
dilampirkan sesuatu. Jika tidak ada yang dilampirkan, maka kata Lampiran tidak
perlu dituliskan/dicantumkan, sehingga tidak akan terdapat kata lampiran yang
diikuti tanda hubung atau angka nol seperti contoh di bawah ini.
Lampiran : -
Lamp. : 0
Hal / Perihal:
Dalam kaitan dengan ini, kita sering juga menjumpai kata perihal dalam surat
bisnis, dalam surat-surat dinas (khusunya surat dari instansi pemerintah).
Walaupun kata Hal dan Perihal itu sinonim (berarti sama), sebaiknya digunakan
kata hal, karena lebih singkat. Pokok surat yang dicantumkan dalan bagian ini
hendaknya diawali dengan huruf kapital, sedangkan yang lain dituliskan dengan
huruf kecil. Pokok surat tidak dituliskan berpanjang-panjang, singkat saja dan
jelas, serta mencakup seluruh pesan yang ada dalam surat. Contohnya:
Penulisan hal yang salah
Hal : Penentuan tugas pameran
(dalam rangka Dies Natalis VI dan Lustrum II)
Yang akan diselenggarakan tanggal 5 – 10 November 1987
Penulisan hal yang benar
Hal : Petugas Pameran Dies Natalis
Alamat yang Dituju: Alamat yang dituju ditulis di
sebe;ah kiri surat setelah hal (perihal). Posisi alamat surat pada sisi sebelah
kiri ini lebih menguntungkan daripada dituliskan di sisi kanan. Kemungkinan pemenggalan
kalimat tidak ada. Jadi, alamat yang cukup panjang pun dapat dituliskan, karena
tempatnya cukup leluasa. Alamat surat tidak diawali kata kepada karena kata
tersebut berfungsi sebagai penghubung intrakalimat yang menyatakan arah (alamat
pengirim pun tidak didahului kata dari, karena kata dari berfungsi sebagai
penghubung intrakalimat yang menyatakan asal). Alamat yang dituju diawali
dengan Yth. (diikuti titik) atau Yang terhormat (tidak diikuti titik). Sebelum
mencantumkan nama orang yang dituju, biasanya penulis surat mencantumkan sapaan
: Ibu, Bapak, Saudara atau Sdr. .... Jika nama orang yang dituju bergelar
akademik, yang ditulis di depan namanya, seperti Drs., Ir., Hj. Atau H. (haji),
maka kata sapaan Ibu, Bapak, Saudara atau Sdr. Tidak digunakan. Demikian juga,
jika alamat yang dituju itu memiliki pangkat, seperti Sersan, Kapten, Mayor
Jendral, kata sapaan itu tidak digunakan. Jika yang dituju adalah jabatan orang
tersebut, kata sapaan juga tidak digunakan. Ketentuan-ketentuan ini bertujuan
agar sapaan Ibu, Bapak, Saudara atau Sdr. Tidak berhimpit dengan gelar, dengan
pangkat atau dengan jabatannya. Contoh:
Penulisan alamat yang salah
Yth. Bpk Lurah Desa Tajur
Yth. Bapak Kapten Sumijo
Yth. Sdri. Dra. Suciwati
Yth. Sdr. Ir. Noerdin, M.M.
Penulisan alamat yang benar
Yth. Bapak Dahlan Muid
Yth. Lurah Desa Tajur
Yth. Kapten Sumijo
Yth. Sdri. Suciwati
Yth. Ir. Noerdin, M.M.
Penulisan kata Jalan pada alamat tidak disingkat.
Kemudian nama gang, nomor RT dan RW biasanya dituliskan lengkap dengan huruf
kapital setiap awal kata. Selanjutnya, nama kota dan nama kabupaten dan
provinsi dituliskan dengan huruf awal kapital, tidak perlu digaris bawahi atau
diberi tanda baca apapun. Contoh:
Penulisan alamat yang salah,
Kepada Yth. Bpk Ir. Suparno
Jl. Buntar V No. 2
Bandung
JAWA BARAT
Penulisan alamat yang benar
Yth. Ir. Suparno
Jalan Buntar V No. 2
Bandung
Jawa Barat
Salam Pembuka: Salam pembuka dicantumkan di sebelah
kiri, satu garis lurus vertikal di tepi halaman kertas, sama dengan nomor,
lampiran, hal dan alamat surat. Huruf pertama awal kata ditulis dengan huruf
kapital, sedangkan kata yang lain dituliskan dengan huruf kecil semua, kemudian
salam pembuka itu diikuti tanda koma. Ungkapan yang lazim dipakai sebagai salam
pembuka dalam surat-menyurat bisnis yang netral adalah:
Dengan hormat, (D kapital untuk kata Dengan, dan h kecil untuk kata
hormat)
Salam sejahtera, (S kapital untuk Salam, s kecil untuk kata sejahtera)
Saudara...... Saudara Komaruddin yang terhormat, (Komaruddin dapat diganti
nama lain)
Saudari Maryati yang terhormat, (Maryati dapat diganti nama lain)
Isi surat
Paragraf Pembuka Surat: adalah pengantar pengantar
isi surat untuk mengajak pembaca surat (orang yang dituju) agar menyesuaiakan
diri/perhatiannya kepada pokok surat yang sebenarnya. Kalimat pengantar yang
lazim digunakan untuk mengawali paragraf pembuka pada surat bisnis yang berisi
pemberitahuan, adalah sebagai berikut:
Dengan ini perkenankan kami melaporkan kepada Bapak tentang pengiriman
dana bantuan untuk pembangunan pasar yang rusak akibat gempa yang lalu.
atau
Bersama ini kami kirimkan contoh bahan textile yang Saudara
minta.......
atau
Sehubungan dengan surat kami tanggal 5 Mei 2009 No. 4477/F-8/1995,
dengan ini kami mohon agar Saudara segera mengirimkan surat keterangan lolos
butuh dari pimpinan Saudara
Contoh pengantar kalimat pada paragraf pembuka surat balasan:
Surat Anda tanggal 27 juni 2008, No.1002/U/2008 sudah kami terima
dengan senag hati. Bertalian dengan itu, kami beritahukan hal-hal sebagai
berikut:
atau
Sehubungan dengan surat Saudara
tanggal 12 Juni 2008, No. 347/HM/2008 tentang syarat-syarat pembayaran sewa
ruko ...........
Catatan: Kata kami digunakan jika
penulis surat mengatasnamakan suatu organisasi, kelompok, instansi, perusahaan.
Akan tetapi, jika atas nama dirinya sendiri, kata ganti yang tepat adalah saya.
Paragraf Isi
Surat yang Sesungguhnya: Setiap paragraf isi surat hanya menguraikan satu
masalah saja, dan apabila ada masalah lain, maka masalah itu harus dituangkan
dalam paragraf yang berikutnya (beda paragraf). Terakhir, kalimat-kalimat dalam
paragraf isi surat hendaknya singkat-singkat saja, tetapi harus jelas. Rumusan
isi surat itu harus menarik, tidak membosankan, tetapi tetap hormat dan sopan.
Penulis harus benar-benar mengakui dan menghormati hak penerima surat. Oleh
karena itu, penulis hendaknya menghindari sikap menganggap remeh terhadap orang
lain, apalagi menghina atau mempermainkannya. Terutama dalam surat bisnis,
hendaknya dibuat dengan nuansa saling percaya, saling hormat dan saling
support/mendukung. Agar bisnis yang dibina kedua pihak itu berjalan lancar.
Paragraf
Penutup: berfungsi sebagai kunci isi surat atau penegasan surat. Contoh
paragraf penutup, adalah sebagai berikut:
Atas kerja sama Saudara selama
ini, kami ucapkan terima kasih.
Kami harap agar kerjasama kita
dapat membuahkan hasil yang baik dan berkembang terus.
Sambil menunggu kabar lebih
lanjut, kami ucapkan terima kasih.
Mudah-mudahan jawaban kami
bermanfaat bagi Anda.
Salam Penutup:
Salam penutup befungsi untuk menunjukkan rasa hormat penulis surat setelah
berkomunikasi dengan pembaca surat. Salam penutup dicantumkan di antara
paragraf penutup dan tanda tangan pengirim surat. Huruf awal kata dalam salam
penutup ditulis dengan huruf kapital, sedangkan kata-kata lainnya ditulis
dengan huruf kecil. Sesudah salam penutup dibutuhkan tanda koma ( , ).
Contohnya:
Salam takzim,
Salam kami,
Hormat kami,
Wasalam,
Tanda tangan, Nama Jelas, dan Jabatan: Surat bisnis
dianggap sah, jika surat tersebut ditandatangani oleh pejabat yang berwenang,
yaitu pemegang jabatan pimpinan suatu instansi, perusahaan, organisasi, atau
lembaga. Nama jelas penanda tangan dicantumkan di bawah tanda tangan dengan
huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital, tanpa diberi tanda baca
apapun. Di bawah nama penanda tangan dicantumkan nama jabaran (sebagai
identitas penanda tangan tersebut). Contoh:
Tanda tangan, nama jelas, dan
jabatan yang salah.
(DRS. SUNGAJI ACHMAD)
Tanda tangan, nama jelas, dan
jabatan yang benar.
Drs. Sungadji Achmad
Kepala
Tembusan: Kata
tembusan diletakkan di sebelah kiri pada bagian kaki surat, lurus dengan kata
nomor, lampiran, hal dan sejajar dengan penanda tangan surat. Kata Tembusan :
..........., (T huruf kapital) diikuti tanda titik dua, tanpa digarisbawahi.
Jika pihak yang ditembusi surat ini lebih dari satu, nama-nama instansi diberi
nomor surat. Akan tetapi, jika pihak yang ditembusi hanya satu, nama instasi
itu tidak diberi nomor. Kemudian, dalam tembusan tidak perlu digunakan
kata-kata Yth. .............. atau Kepada Yth. ..............., sebagai laoran,
atau sebagai undangan resmi. Selanjutnya, pencantuman kara arsip pada nomor
terakhir tidak dibenarkan. Hal itu tidak ada manfaatnya, karena sudah pasti
setiap surat bisnis itu wajib memiliki arsip yang harus disimpan (dokumen).
Contoh:
Penulisan tembusan yang salah
Tembusan:
1. Kepada Yth. Direktur Sarana
Pendidikan (sebagai laporan)
2. Yth. Kepala Bagian Tata
Usaha (sebagai laporan)
3. Sdr. Sukijo Djarot (agar
dilaksanakan)
4. Arsip,-
Penulisan tembusan yang benar
Tembusan:
1. Direktur Sarana Pendidikan
2. Kepala Bagian Tata Usaha
3. Sdr. Sukijo Djarot
Inisial: Initial
disebut juga sandi, yaitu kode pengenal yang berupa singkatan nama pengonsep
dan singkatan nama orang yang mengetik surat. Inisial atau sandi berguna untuk
mengetahui siapa pengonsep dan pengetik surat, sehingga jika terjadi kesalahan
dalam surat tersebut, pengonsep dan pengetik surat dapat dihubungi sengan
mudah. Inisial ditempatkan pada bagian paling bawah disebelah kiri.
Contohnya:
SR/gr, : yang artinya adalah
SR : singkatan nama pengonsep, Siti Rayati
gt : singkatan nama pengetik, Gatot.
v CONTOH SURAT BENTUK
SEMI BLOCK
PT KIAT ANANDA
Jalan Surya Kencana 16
BEKASI
Jalan Surya Kencana 16
BEKASI
Nomor :
03/A/I/2014 27 Maret 2014
Perihal : Undangan Rapat (inovasi
baru)
Kepala Bagian Gudang
di
Tempat
Sehubungan dengan semakin
meningkatnya persaingan dalam usaha di dunia globalisasi, dengan ini kami
mengundang Saudara untuk menghadiri Rapat “Inovasi Baru” yang akan dilaksanakan
pada:
hari :
Kamis
tanggal :
4 April 2014
tempat :
Ruang Meeting
Mengingat pentingnya acara
tersebut, kami mohon Saudara hadir 10 menit sebelum acara dimulai.
Atas perhatian Saudara, kami
mengucapkan terima kasih.
Hormat kami,
PT. Kiat Ananda
Widia safitri
Direktur
v CONTOH SURAT BENTUK block style
CV. MAJU ASIA
Jalan Pekayon 3
BEKASI
Jalan Pekayon 3
BEKASI
Nomor : 02/A/IV/14 27 Maret 2014
Lampiran : –
Perihal : Faktur No.07
Toko. “WINDRI”
Jalan Mantingan
BEKASI
Dengan hormat.
Baru-baru ini kami telah menerima
kiriman barang bermacam-macam . dengan kualitas sangat bagus dan harganya turun
rata-rata 10%, jika dibandingkan tiga bulan yang lalu. Daftar harga untuk
barang-barang tersebut kami lampirkan bersama itu.
Disamping itu kesempatan ini kami
pergunakan pula untuk mempertanyakan pula pada Tuan, bahwa pada waktu memeriksa
barang debitur kami dapati catatan di sebelah debet sebesar Rp. 3.2500.000,00
yaitu mengenai faktur kami No. 07. Menurut perjanjian faktur tersebut sudah
Tuan bayar selambat-lambatnya akhir bulan ini. Mungkin karena kesibukan Tuan
tidak sempat mengirimkan jumlah uang tersebut.
Sambil menunggu pesanan Tuan kami
mengharapkan pembayaran rekening tersebut.
Hormat kami,
CV. MAJU ASIA.
Widia safitri.
Direktur/tris
KESIMPULAN
Dari pembahasan
mengenai surat-menyurat yang cukup panjang ini, dapatlah ditarik kesimpulan dan
pokok pemikiran sebagai rangkuman ini dan misi dari makalah ini. Surat adalah
satu sarana untuk menyampaikan informasi dalam bentuk tertulis dari pihak yang
satu kepada pihak yang lain. Informasi ini dapat berupa pemberitahuan,
pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, sanggahan, pemikiran dan
sebagainya. Surat sering dipandang sebagai utusan atau duta organisasi pengirim
surat. Ia merupakan citra, cermin mentalitas, jiwa serta petunjuk kondisi
intern dari organisasi pengirim surat. Mengingat bahwa surat merupakan duta
organisasi, maka surat mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam komunikasi
antar organisasi. Kedudukan surat semakin penting karena surat juga berfungsi
sebagai tanda bukti tertulis yang autentik, sebagai alat pengingat dan berpikir
bilamana diperlukan, sebagai dokumen historis, sebagai jaminan keamanan,
sebagai pedoman bertindak, dan sebagainya.
Dengan membaca
dan mencermati uraian di atas, maka penulis berharap kepada semua pihak, mulai
dari pimpinan instansi, pimpinan lembaga atau organisasi serta staf
karyawan/karyawati di bawahnya dapat lebih memahami arti penting dari sebuah
surat, serta dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya tntang
surat-menyurat. Tentu, pada akhirnya penulis juga berharap agar ilmu yang sudah
diperoleh (tentang surat) tersebut dapat diterapkan secara benar oleh semua
pihak dalam aktivitas (komunikasi) sehari-hari.
SARAN
Kepada semua
pihak agar selalu memperbaharui wawasan pribadinya tentang arti dan makna
surat. Selalu menambah ilmu pengetahuannya dengan cara membaca dan mencemati
materi tentang penggunaan bahasa Indonesia yang benar, terutama dalam bahasa
tulis.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Zainal, 1970,
Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas, Cetakan III, Jakarta : Medyatama
Sarana Perkasa.
Bratawijaya, T.W., 1990. Surat
Bisnis Modern. Cetakan V, Jakarta: Pustaka Banaman Precindo.
Sudarsa, Caca dkk, 1981.
Surat-menyurat dalam Bahasa Indonesai Seri Penyuluhan 2. Jakarta: Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
0 komentar:
Posting Komentar