BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia
membutuhkan komunikasi, dan bahasa dibutuhkan manusia di dalam berkomunikasi.
Komunikasi yang berlangsung dapat secara lisan maupun tulisan. Kedua bentuk
komunikasi ini tentunya membutuhkan keterampilan berbahasa yang memadai untuk
menghasilkan sebuah komunikasi yang efektif dan efisien. Efektifitas dan
efisiensi dalam berbahasa akansangat dipengaruhi oleh keterampilan berbahasa
khususnya keterampilan dalam penyusunan kalimat yang akan digunakan untuk
berkomunikasi.
Penyusunan kalimat, akan berawal
dari pemahaman mengenai makna kata sebagai penyusun kalimat tersebut, yang
selanjutnya akan membentuk sebuah frasa, klausa, dan pada akhirnya terbentuklah
sebuah kalimat untuk berkomunikasi. Sehingga pentinglah pemahaman mengenai
sintaksis sebagai sebuah cabang linguistik atau ilmu bahasa untuk diketahui
para penutur bahasa Indonesia agar komunikasi menjadi efektif dan efisien.
Bagi guru sekolah dasar, memiliki
keterampilan berbahasa merupakan suatu modal untuk mengembangkan kompetensi
siswa-siwanya dalam berkomunikasi, pemahaman mengenai tata kalimat dalam bahasa
Indonesia sudah tentu menjadi suatu kebutuhan dasar. Untuk itulah dalam makalah
ini kami membahas mengenai sintaksis beserta struktur internal kalimatnya yang
berupa frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.
B.Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membatasi
permasalahan, yang bertujuan agar pengkajiannya lebih terarah dan tepat
sasaran. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.Apa
pengertian dari sintaksis?
2.Apa
saja yang menjadi Wilayah Kajian Sintaksis dalam sebuah kalimat?
C.Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1.Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan sintaksis.
2.Untuk mengetahui
apa saja yang menjadi wilayah kajian dalam pembahasan sintaksis.
D.Metode
Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang
ada, maka dalam pemecahan masalah kami menitikberatkan kepada studi kepustakaan
dengan mencari buku sumber yang relevan dengan pembahasan masalah. Selain itu,
kami juga mencari data yang menunjang dari media komunikasi elektronik yakni
internet. Kemudian kami mengolah data dengan cara memilih data yang sesuai dan
mendekati kebenaran.
E.Sistematika
Penulisan
Adapun
sistematika penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB
I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB
II KAJIAN PUSTAKA DAN PEMAPARAN
Terdiri dari pengertian sintaksis
serta wilayah kajian sintaksis yakni struktur internal kalimat yang dibahas
dalam sintaksis, meliputi frasa, klausa, dan kalimat itu sendiri.
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN
Terdiri dari kesimpulan dan
saran.
BAB II
SINTAKSIS
( TATA KALIMAT
BAHASA INDONESIA )
A.Pengertian Sintaksis
Kata sintaksis berasal dari
bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan kata tattein yang berarti
“menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama
kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa
sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat.
Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
B.Wilayah Kajian
Sintaksis
Yang menjadi wilayah kajian
sintaksis adalah struktur internal kalimat yakni frasa, klausa dan kalimat itu
sendiri. Berikut dijelaskan secara lebih rinci.
1.Frasa
Frasa
adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat
(Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut.
a.bayi sehat
b.baju lama
c.tempat duduk
d.pisang goreng
e.baru datang
f.sedang membaca
Satuan
bahasa bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa
karena satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono
(2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa
adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa
interogativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa
preposisional koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.
a.Frasa verbal
Frasa
verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal
terdiri dari tiga jenis yakni sebagai berikut.
1)Frasa verbal
modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
a)Pewatas
belakang, seperti contoh berikut ini.
Ia bekerja keras
sepanjang hari.
Orang itu bekerja
cepat setiap hari.
b) Pewatas depan,
seperti contoh berikut ini.
Kami akan
menyanyikan lagu kebangsaan.
Mereka pasti
menyukai makanan itu.
2)Frasa
verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan
atau atau, seperti contoh berikut ini.
a)Mereka
mencuci dan menjemur pakaiannya.
b)Kita
pergi atau menunggu ayah.
3)Frasa
verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan.
Contohnya adalah sebagai berikut.
a)Aie
Pacah, tempat tinggal saya, akan menjadi pusat pemerintahan kota Padang.
b)Usaha
Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
b.Frasa
Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok
kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang
diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan seperti
agak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa adjektival mempunyai
tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1)Frasa adjektival
modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
Tampan nian
kekasih barumu.
Hebat benar
kelakuannya.
2)Frasa adjektival
koordinatif (menggabungkan), contohnya adalah sebagai berikut.
Setelah pindah,
dia aman tentram di rumah barunya.
Dia menginginkan
pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya.
3)Frasa adjektival
apositif seperti contoh berikut ini.
Srikandi cantik,
ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
Skripsi yang
berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
c.Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok
kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal
dibagi menjadi tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1)Frasa
nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan
pertama. Contohnya seperti berikut ini.
Pada
hari minggu layanan pustaka tetap dibuka.
Pada
bulan pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
2)Frasa
nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya hak dan kewajiban,
dunia akhirat, lahir bathin, serta adil dan makmur. Contohnya seperti berikut
ini.
Seorang
PNS harus memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara.
Setiap
orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
3)Frasa
nominal apositif, contohnya seperti berikut ini.
Anton,
mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
Burung
Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
d.Frasa
adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok
kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua
jenis yaitu.
1)Frasa
adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang
pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut
ini.
Dia
kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
Kemampuan
siswa saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik.
2)Frasa
adverbial yang bersifat koordinatif (tidak saling menerangkan), contohnya
seperti berikut ini.
Jarak
rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
e.Frasa
Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa
yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu
seperti berikut ini.
1)Frasa pronominal
modifikatif, contohnya seperti berikut.
Kami semua
dimarahi guru karena meribut.
Mereka berdua
minta izin karena mengikuti perlombaan.
2) Frasa
pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut.
Aku dan kau suka
dancow.
Saya dan dia sudah
lama tidak bertegur sapa.
3)Frasa pronominal
apositif, contohnya seperti berikut.
Kami, bangsa
Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi.
Mahasiswa, para
pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
f.Frasa
Numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok
kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis
yaitu.
1)Frasa
numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini.
Mereka
memotong dua puluh ekor sapi kurban.
Orang
itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah.
Enam
ikat rambutan sudah terjual.
2)Frasa
numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini.
Lima
atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
Entah
tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya.
Saat
berlibur ke Pangandaran, aku berusaha mengingat itu liburan yang kelima atau
keenam kalinya.
g.Frasa
Introgativa koordinatif
Frasa
introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya
seperti berikut ini.
Jawaban
apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
Jawaban
mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
h.Frasa
Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif
adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan.
Contohnya seperti berikut ini.
Saya
bekerja di sana atau di sini sama saja.
Saya
memakai baju ini atau itu tidak masalah.
i.Frasa
Proposional Koordinatif
Frasa proposional koordinatif
dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti
berikut.
Perjalanan
kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
Koperasi
dari, oleh dan untuk anggota.
2.Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi
yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif
(Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13)
menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di
akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan
klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi
berita, tanya, perintah, dan kagum. Widjono (2007:143) membedakan klausa
sebagai berikut.
1)
Klausa kalimat majemuk setara
Dalam
kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang
sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang
tidak saling menerangkan.
Contohnya
sebagai berikut.
-Rima
membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa
pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak
saling menerangkan.
2)
Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa
lainnya. Contohnya sebagai berikut.
-Orang
itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa
orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat)
dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan
(lazim disebut anak kalimat).
3)Klausa
gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk
setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti
berikut ini.
-Dia
pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat
di atas terdiri dari tiga klausa yaitu.
Dia
pindah ke Jakarta (klausa utama)
Setelah
ayahnya meninggal (klausa sematan)
Ibunya
kawin lagi (klausa sematan)
Dia
pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat).
Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
3.
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa
terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih
menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis.
Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai
berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata,
gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal
berupa sebuah klausa bebas yang minimal
mengandung satu subjek dan
prediket, (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi
atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan
akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi
perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa
yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,),
titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final
yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
a)Ciri-ciri
kalimat
Widjono
(2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
-Dalam
bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam
bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik,
tanda tanya, atau tanda seru.
-Sekurang-kurangnya
terdiri dari atas subjek dan prediket.
-Predikat
transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
-Mengandung
pikiran yang utuh.
-Mengandung
urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek,
prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
-Mengandung
satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
-Dalam
paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun
dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
b)Fungsi
sintaksis dalam kalimat
Fungsi
sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh
bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek
(S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak
semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi
sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket,
sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
13
(1) Subjek
Fungsi
subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau
dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah
sebagai berikut:
(a)jawaban
apa atau siapa,
(b)dapat
didahului oleh kata bahwa,
(c)berupa
kata atau frasa benda (nomina)
(d)dapat
diserta kata ini atau itu,
(e)dapat
disertai pewatas yang,
(f)tidak
didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
(g)tidak
dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata
bukan.
Hubungan
subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
Adik
bermain.
S
P
Ibu
memasak.
S
P
(2)Predikat
Predikat
merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek.
Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah
ini.
-Adik
bermain.
S
P
Adik
adalah pokok kalimat
bermain
adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
-Ibu
memasak.
S
P
Ibu
adalah pokok kalimat
memasak
adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
14
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a)bagian
kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,
(b)dalam
kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
(c)prediket
umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
(d)dalam
kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
(e)prediket
merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
(f)prediket
dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau
bagaimana (pokok kalimat).
(3)Objek
Fungsi
objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif
pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba
transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh
di bawah ini.
-Dosen
menerangkan materi.
S
P O
menerangkan
adalah verba transitif.
-Ibu
menyuapi adik.
S
P O
Menyuapi
adalah verba transitif.
Objek
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a)berupa
nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
-Ayah
membaca koran.
S
P O
Koran
adalah nomina.
-Adik
memakai tas baru.
S
P O
Tas
baru adalah frasa nominal
(b)berada
langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh
berikut,
-Ibu
memarahi kakak.
S
P O
-Guru
membacakan pengumuman.
S
P O
(c)dapat
diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
-Kepala
sekolah mengundang wali murid.
S
P O
-Kepala
sekolah mengundangnya.
S
P O
(d)objek
dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan,
seperti contoh berikut,
-Ani
membaca buku.
S
P O
-Buku
dibaca Ani.
S
P Pel.
(4)
Pelengkap
Pelengkap
adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek,
dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek
karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi
untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan
pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
-Bu
Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S
P pel. ket.
-Bu
Minah menjual sayur di pasar pagi.
S
P O ket.
Pelengkap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a)kehadirannya
dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks
ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di-
atau ter-, seperti contoh berikut.
-Bu
Minah berjualan sayur di pasar pagi.
S
P Pel. Ket.
-Buku
dibaca Ani.
S
P Pel.
(b)pelengkap
merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif
pengisi predikat seperti contoh berikut.
-Ayah
membelikan adik mainan.
S
P O Pel.
membelikan
adalah verba dwitransitif.
(c)pelengkap
merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh
verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
-Budi
menjadi siswa teladan.
S
P Pel.
-Kemerdekaan
adalah hak semua bangsa.
S
P Pel.
(d)dalam
kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang
predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di
belakang objek, seperti pada contoh berikut.
-Pak
Ali berdagang buku bekas.
S
P Pel.
-Ibu
membelikan Rani jilbab.
S
P O Pel.
(e)pelengkap
tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
-Ibu
memanggil adik.
S
P O
Ibu
memanggilnya.
S
P O
-Pak
Samad berdagang rempah.
S
P Pel.
Pak
Samad berdagangnya (?)
(f)satuan
bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi
subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh
berikut.
-Pancasila
merupakan dasar negara.
S
P Pel.
Dasar
negara dirupakan pancasila (?)
(5)
Keterangan
Keterangan
adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat.
Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat.
Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
-Ibu
membeli kue di pasar.
S
P O Ket. Tempat
-Ayah
menonton TV tadi pagi.
S
P O Ket. waktu
Keterangan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a)umumnya
merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat,
seperti contoh berikut.
-Saya
membeli buku.
S
P O
-Saya
membeli buku di Gramedia.
S
P O Ket. Tempat
(b)keterangan
dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh
berikut.
-Dia
membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
S
P O Ket. Cara
-Dengan
hati-hati dia membuka bungkusan itu.
Ket.
cara S P O
(c)keterangan
diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa
terikat, seperti contoh berikut.
-Rifi
datang kemarin.
S
P Ket. Waktu
-Ibu
berangkat kemarin sore.
S
P Ket. waktu
Manaf
(2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti dijelaskan
berikut.
(a)Keterangan
tempat
Keterangan
tempat adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan tempat
diawali oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam, seperti contoh berikut.
-Ayah
pulang dari kantor.
S
P Ket, tempat
-Irfan
bermain bola di lapangan.
S
P O Ket. Tempat
(b)Keterangan
waktu
Keterangan
waktu adalah keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan waktu diawali
oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama,
sebelum,
sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi,
misalnya sekarang, besok, kemarin, nanti. Keterangan waktu dalam kalimat
seperti contoh berikut.
-Dia
akan datang pada hari ini.
S
P Ket. Waktu
-Dia
menderita sepanjang hidupnya.
S
P Ket. waktu
(c)Keterangan
alat
Keterangan
alat adalah keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan alat diawali oleh
preposisi dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh
berikut.
-Ibu
menghaluskan bumbu dengan blender.
S
P O Ket. Alat
-Kue
itu dibuat tanpa cetakan.
S
P Ket. alat
(d)Keterangan
cara
Keterangan
cara adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara
dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara ditandai oleh preposisi
dengan, secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara
dalam kalimat seperti contoh berikut.
-Dia
memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati.
S
P O Ket. Cara
-Habib
mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan.
S
P O Ket. cara
(e)Keterangan
tujuan
Keterangan
tujuan adalah keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya mengandung makna
tujuan. Keterangan tujuan ditandai oleh preposisi
agar,
supaya, untuk, bagi, demi. Pemakaian keterangan tujuan dalam kalimat seperti
contoh berikut.
-Arif
giat belajar agar naik kelas.
S
P Ket. Tujuan
-Adonan
itu diaduk supaya cepat kembang.
S
P Ket. tujuan
(f)Keterangan
penyerta
Keterangan
penyerta adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya yang membentuk
makna penyerta. Keterangan penyerta ditandai oleh preposisi dengan, bersama,
beserta seperti yang terdapat dibawah ini.
-Mahasiswa
pergi studi banding bersama dosen.
S
P Pel Ket. Penyerta
-Orang
itu pindah bersama anak isterinya.
S
P Ket. penyerta
(g)Keterangan
perbandingan
Keterangan
perbandingan adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna
perbandingan. Keterangan perbandingan ditandai oleh preposisi seperti,
bagaikan, laksana, seperti contoh berikut ini.
-Dia
gelisah seperti cacing kepanasan.
S
P Ket. Perbandingan
-Suara
orang itu keras bagaikan halilintar.
S
P Ket. Perbandingan
(h)Keterangan
sebab
Keterangan
sebab adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna sebab.
Keterangan sebab dtandai oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh
berikut.
-Sebagian
besar rumah rusak karena gempa.
S
P Ket. Sebab
-Rakyat
semakin menderita karena harga beras semakin naik.
S
P Ket. sebab
(i)Keterangan
akibat
Keterangan
akibat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna akibat.
Keterangan akibat ditandai oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti
contoh berikut ini.
-Dia
sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
S
P Ket. Akibat
-Hutan
lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah longsor.
S
P Ket. Akibat
(j)Keterangan
syarat
Keterangan
syarat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna syarat.
Keterangan syarat ditandai oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh
berikut ini.
-Saya
akan datang jika dia mengundang saya.
S
P Ket. Syarat
-Jika
para pemimpin Indonesia jujur, rakyat akan sejahtera.
Ket.
Syarat S P
(k)Keterangan
pengandaian
Keterangan
pengandaian adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna
pengandaian. Keterangan pengandaian ditandai oleh konjungtor andaikata,
seandainya dan andaikan, seperti contoh berikut ini.
-Andaikan
bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
Ket.
Pengandaian S P
-Seandainya
saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.
Ket.
pengandaian S P O
(l)Keterangan
atributif
Keterangan
atributif adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna
penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif ditandai oleh konjungtor
yang, seperti contoh berikut ini.
-Mahasiswa
yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat beasiswa.
Ket.
Atributif (S) P O
-Bapak
yang berbaju hijau itu adalah dosen saya.
Ket.
Atributif (S) P O
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.Kesimpulan
Sintaksis adalah cabang
linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Sehingga yang menjadi
wilayah kajian sintaksis adalah struktur internal kalimat yang berupa frasa,
klausa, dan kalimat.
Frasa adalah gabungan dua kata
atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Klausa adalah sebuah
konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur
predikatif. Klausa berpotensi menjadi kalimat, hanya saja yang membedakan
klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat
diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final.
Sedangkan kalimat itu sendiri adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan
kesatuan pikiran.
B.Saran
Berdasarkan
kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca khususnya kepada
mahasiswa yang mengambil jurusan PGSD Kelas jenjang S1 untuk dapat meningkatkan
pemahamannya mengenai sintaksis (tata kalimat Bahasa Indonesia) guna
terwujudnya pelaksanaan proses pembelajaran yang baik khususnya pembelajaran
bahasa di Sekolah Dasar.
Kami
pun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
menyarankan kepada para pembaca untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang
menunjang terhadap pembahasan makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf,
Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul,
2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina
Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa
Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Grasindo.
0 komentar:
Posting Komentar